A Sistem Peredaran Darah pada Manusia
Secara umum, sistem peredaran darah berfungsi mengangkut makanan
dan zat sisa hasil metabolisme. Selain itu, sistem peredaran darah juga
berfungsi sebagai berikut.
Secara umum, sistem peredaran darah berfungsi mengangkut makanan
dan zat sisa hasil metabolisme. Selain itu, sistem peredaran darah juga
berfungsi sebagai berikut.
1. Mengangkut zat buangan dan substansi beracun menuju hati untuk
didetoksifikasi (dinetralkan) atau ke ginjal untuk dibuang.
2. Mendistribusikan hormon dari kelenjar dan organ yang memproduksinya
ke sel-sel tubuh yang membutuhkannya.
3. Mengatur suhu tubuh melalui aliran darah.
4. Mencegah hilangnya darah melalui mekanisme pembekuan darah.
5. Melindungi tubuh dari bakteri dan virus dengan mensirkulasikan
antibodi dan sel darah putih.
Pada prinsipnya, sistem peredaran darah memiliki empat komponen
utama sebagai berikut.
1. Darah, berfungsi sebagai medium pengangkut untuk nutrisi, udara, dan zat buangan.
2. Jantung, berfungsi memompa darah sehingga dapat beredar ke seluruh tubuh.
3. Pembuluh darah, merupakan saluran tempat darah beredar ke seluruh tubuh.
4. Sistem lain yang dapat menambah atau mengurangi kandungan dalam darah. Misalnya, usus halus dalam sistem pencernaan tempat darah mendapatkan nutrisi yang akan dibawa ke seluruh tubuh, atau ginjal tempat darah mengurangi konsentrasi urea yang dikandungnya.
utama sebagai berikut.
1. Darah, berfungsi sebagai medium pengangkut untuk nutrisi, udara, dan zat buangan.
2. Jantung, berfungsi memompa darah sehingga dapat beredar ke seluruh tubuh.
3. Pembuluh darah, merupakan saluran tempat darah beredar ke seluruh tubuh.
4. Sistem lain yang dapat menambah atau mengurangi kandungan dalam darah. Misalnya, usus halus dalam sistem pencernaan tempat darah mendapatkan nutrisi yang akan dibawa ke seluruh tubuh, atau ginjal tempat darah mengurangi konsentrasi urea yang dikandungnya.
1. Komposisi Darah
Manusia rata-rata mempunyai lima sampai enam liter darah, atau sekitar 8% dari total berat badannya. Apabila darah diendapkan dengan proses sentrifugasi, darah terbagi menjadi dua bagian, yaitu plasma darah dan selsel darah (Starr and Taggart, 1995: 656). Perhatikan Gambar.
a. Plasma Darah
Plasma darah merupakan komponen darah yang paling banyak, yaitu sekitar 55%-60% bagian dari darah. Plasma darah terdiri atas 90% air dan 10% sisanya berupa zat-zat yang terlarut di dalamnya yang harus diangkut ke seluruh tubuh. Zat-zat terlarut tersebut terdiri atas protein, hormon, nutrisi (glukosa, vitamin, asam amino, lemak), gas (oksigen dan karbon dioksida), garam-garam (sodium, kalsium, potasium, magnesium), serta zat buangan seperti urea.
Protein dalam plasma darah merupakan zat terlarut yang paling banyak.
Terdapat tiga bagian utama protein plasma darah, yaitu:
1) albumin, berperan dalam mengatur tekanan osmotik darah (mengontrol aliran air yang masuk ke dalam membran plasma);
2) globulin, mengangkut nutrisi makanan dan berperan dalam sistem kekebalan tubuh;
3) fibrinogen, berperan dalam proses pembekuan darah.
b. Sel-Sel Darah
Hampir 45% dari volume darah manusia merupakan sel-sel darah. Darah mengandung beberapa tipe sel darah yang memiliki fungsi yang berbedabeda.
Terdapat tiga macam sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
1) Sel darah merah
Eritosit (erythro = merah, cyto = sel) tidak memiliki inti sel dan berbentuk bikonkaf sehingga memiliki luas permukaan yang besar (Gambar 5.2). Pria rata-rata mempunyai eritrosit ± 5 juta per mm3 darahnya, sedangkan wanita mempunyai eritrosit ± 4,5 juta per mm3 darahnya. Mengapa bisa demikian?
Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin, yaitu sebuah molekul kompleks dari protein dan molekul besi (Fe). Setiap molekul hemoglobin dapat berikatan dengan empat molekul oksigen (Gambar 5.3).
Oksigen diperoleh ketika sel darah melewati kapiler-kapiler alveolus di paruparu.
Hemoglobin kurang reaktif terhadap molekul karbon dioksida. Oleh
karena itu, karbon dioksida yang diperoleh dari sel lebih banyak larut dalam
plasma darah.
Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen akan berwarna merah cerah.
Adapun hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen, berwarna merah
gelap atau kebiru-biruan.
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang. Misalnya, di tulang
dada, tulang lengan atas, tulang kaki atas, dan tulang pinggul. Sel darah merah
tidak mempunyai inti sel sehingga sel darah merah tidak dapat hidup lama.
Sel darah merah hanya dapat hidup sekitar 120 hari. Setiap detik lebih kurang
2 juta sel darah merah dalam tubuh kita mati dan digantikan oleh yang baru.
Sel darah yang mati atau rusak dikeluarkan dari sistem peredaran darah.
Kemudian, masuk ke hati atau limfa untuk dipecah. Zat besi yang dikandung
sel darah tersebut kemudian diangkut darah menuju sumsum tulang untuk
dirakit kembali menjadi molekul hemoglobin yang baru hingga akhirnya
terbentuk sel darah yang baru. Walaupun proses daur ulang tersebut memiliki
nilai efisiensi yang tinggi, ada sebagian kecil zat besi yang dibuang dan
harus digantikan melalui makanan. Pendarahan akibat kecelakaan atau
menstruasi mengurangi zat besi yang disimpan.
2) Sel Darah Putih
Sel darah putih tidak memiliki hemoglobin sehingga tidak berwarna merah, serta ukuran dan jumlah sel darah putih berbeda dengan sel darah merah. Perbandingan jumlah sel darah putih dan sel darah merah mencapai 1:500 hingga 1:1000. Artinya, terdapat 500 hingga 1000 sel darah merah untuk setiap satu sel darah putih.
Ukuran sel darah putih lebih besar daripada sel darah merah. Sel darah putih memiliki inti sel sehingga dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sel darah putih berdasarkan karakteristik sitoplasmanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula. Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil adalah sel darah putih yang granulanya menyerap zat warna yang bersifat netral. Sementara itu, eosinofil granulanya menyerap zat warna yang bersifat asam, sedangkan basofil granulanya menyerap zat warna yang bersifat basa.
Sementara itu, agranulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula, terdiri atas limfosit dan monosit. Limfosit dinamai demikian karena sel ini terdapat juga pada cairan limfa. Adapun monosit merupakan sel darah putih yang berukuran besar.
Sel darah putih dibentuk di limfa dan sumsum tulang. Secara umum, sel darah putih berperan dalam pertahanan tubuh. Sel darah putih akan mematikan organisme atau zat asing berbahaya yang masuk ke dalam tubuh, terutama yang masuk melalui jaringan darah. Eosinofil dan monosit dapat bersifat fagositik terhadap sel asing, seperti sel bakteri dan sel kanker. Dalam melaksanakan fungsinya, monosit dapat membesar menjadi makrofag.
Limfosit juga dapat menonaktifkan mikroorganisme asing yang memasuki tubuh. Berbeda dengan eosinofil dan monosit, limfosit bekerja spesifik dengan mengenali jenis mikroorganisme tertentu yang akan dinonaktifkan. Limfosit terdiri atas limfosit T yang dimatangkan di kelenjar timus, sedangkan limfosit B dimatangkan di sumsum tulang. Penjelasan fungsi sel-sel ini akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab Sistem Pertahanan Tubuh.
3) Keping Darah
Keping-keping darah (trombosit) merupakan fragmen-fragmen besar sel yang disebut megakariosit. Jadi, keping-keping darah bukan merupakan satu sel yang utuh. Seperti sel darah merah, keping-keping darah tidak mempunyai inti sel dan masa hidupnya pun pendek, yaitu sekitar 10–12 hari. Keping-keping darah berperan dalam proses penghentian pendarahan.
Penghentian pendarahan adalah proses yang kompleks. Pembekuan dimulai ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain dalam plasma darah kontak dengan permukaan yang tidak biasa, seperti pembuluh darah yang rusak atau terluka. Ketika ada permukaan yang terbuka pada pembuluh darah yang terluka, keping-keping darah segera menempel dan menutupi permukaan yang terbuka tersebut. Keping-keping darah yang menempel, faktor lain, dan jaringan yang terluka memicu pengaktifan trombin, sebuah enzim, dari protrombin dalam plasma darah. Trombin yang terbentuk akan mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.
Molekul fibrin menempel satu sama lain, membentuk jaringan berserat. Jaringan protein fibrin ini, menghentikan aliran darah dan membuat darah menjadi padat, seperti gelatin ketika sudah dingin. Jaringan ini membuat sel darah merah terperangkap dan menambah kepadatan dari darah yang beku. Untuk memahami proses pembekuan darah.
Keping-keping darah menempel di bagian yang berserat dan mengeluarkan benang-benang yang lengket dan membuatnya merekat satu dengan yang lain.
Dalam waktu setengah jam, keping-keping darah mengerut, menarik lubang untuk merapat, dan memaksa cairan yang ada untuk keluar. Aksi tersebut menghasilkan pembekuan yang padat dan kuat sehingga membuat luka merapat. Dengan cara inilah, dimulai penyembuhan luka.
2. Golongan Darah
Golongan darah pada manusia ditentukan oleh protein spesifik yang terdapat di membran sel darah merah. Pada awal abad ke-19, Karl Landsteiner, seorang ilmuwan Australia bersama dengan Denath, mengelompokkan darah menjadi empat tipe, yaitu A, B, AB, dan O. Hal tersebut bergantung pada ada-tidaknya protein spesifik dalam membran plasma pada sel darah merah yang disebut aglutinogen (antigen).
Dalam waktu setengah jam, keping-keping darah mengerut, menarik lubang untuk merapat, dan memaksa cairan yang ada untuk keluar. Aksi tersebut menghasilkan pembekuan yang padat dan kuat sehingga membuat luka merapat. Dengan cara inilah, dimulai penyembuhan luka.
2. Golongan Darah
Golongan darah pada manusia ditentukan oleh protein spesifik yang terdapat di membran sel darah merah. Pada awal abad ke-19, Karl Landsteiner, seorang ilmuwan Australia bersama dengan Denath, mengelompokkan darah menjadi empat tipe, yaitu A, B, AB, dan O. Hal tersebut bergantung pada ada-tidaknya protein spesifik dalam membran plasma pada sel darah merah yang disebut aglutinogen (antigen).
Antigen merupakan molekul yang menyebabkan pembentukan antibodi (aglutinasi). Jika seseorang memiliki aglutinogen A di sel darah merahnya, dalam plasma darah akan terbentuk aglutininß atau biasa dikenal dengan anti-B. Orang tersebut memiliki golongan darah A. Sebaliknya, jika terdapat aglutinogen B, orang tersebut bergolongan darah B dan memiliki aglutinin a atau anti–A. Sementara itu, orang yang memiliki aglutinogen A dan B, ia tidak memiliki anti–A maupun anti–B, dan golongan darahnya adalah AB. Bagaimana dengan orang yang bergolongan darah O?
Jika golongan darah yang berbeda dicampurkan, darah-darah tersebut biasanya menggumpal. Proses menggumpalnya darah ini disebut aglutinasi. Jika darah dari golongan yang sama dicampurkan, penggumpalan tidak terjadi. Pada 1940, Dr. Landsteiner menemukan bahwa golongan darah A juga dapat diberikan kepada kera Macaca rhesus. Akan tetapi, 15% dari jumlah sampel mengalami penggumpalan. Dr. Landsteiner menemukan bahwa sampel yang mengalami penggumpalan tersebut tidak memiliki faktor Rh dalam darahnya. Darah yang demikian disebut dengan rh-. Hanya darah yang mengandung faktor Rh (rh+) yang dapat menjadi donor bagi kera Macaca rhesus.
Sistem
rhesus ini sangat penting diperhatikan oleh ibu hamil. Jika darah ibu
tersebut rh–, sedangkan anaknya rh+, dikhawatirkan ada antigen rh+ anak
yang masuk ke dalam darah ibu. Akibatnya, akan dibentuk aglutinin rh di
tubuh ibu. Kondisi ini akan membahayakan anak yang dikandungnya. Pada
kehamilan pertama, kemungkinan besar anak yang dilahirkan akan selamat
karena belum banyak terbentuk anti-rh di tubuh ibu. Pada kehamilan kedua
dan seterusnya, risiko terjadi penggumpalan pada darah bayi semakin
besar karena anti-rh yang terbentuk di tubuh si ibu semakin banyak.
Keadaan tersebut dinamakan eritroblastosis fetalis
Dari pengetahuan golongan darah ABO dan Rh inilah pemberian dan penerimaan darah antarmanusia dapat dilaksanakan. Pemberian dan penerimaan darah ini disebut transfusi darah. Hal yang perlu diperhatikan dalam transfusi darah adalah menghindari terjadinya penggumpalan darah akibat reaksi antibodi penerima darah (resipien). Berikut tabel transfusi darah antara pemberi darah (donor) dan resipien. Berdasarkan teori, golongan darah AB dapat menerima semua golongan
darah dan disebut resipien universal. Adapun golongan darah O, dapat memberi kepada semua golongan darah dan disebut donor universal. Namun, pada kenyataannya hal tersebut lebih baik dihindari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Transfusi darah sebaiknya dilakukan antara golongan darah yang sama.
Organ-Organ Peredaran Darah pada Manusia
pembuluh darah. Fungsi utama jantung sebagai pemompa darah, sedangkan pembuluh darah mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Bagaimana cara kerja alat-alat peredaran darah tersebut? Pelajari oleh Anda materi berikut ini dengan baik.
1. Jantung
Jantung manusia terdiri atas empat ruang, yaitu serambi (atrium) kanan dan serambi kiri di bagian atas, serta bilik (ventrikel) kanan dan bilik kiri di bagian bawah. Serambi berfungsi sebagai persinggahan sementara sebelum darah masuk ke bilik dan dipompa ke seluruh tubuh atau ke paru-paru. Namun, serambi juga berkontraksi mendorong darah menuju bilik.
darah dan disebut resipien universal. Adapun golongan darah O, dapat memberi kepada semua golongan darah dan disebut donor universal. Namun, pada kenyataannya hal tersebut lebih baik dihindari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Transfusi darah sebaiknya dilakukan antara golongan darah yang sama.
Organ-Organ Peredaran Darah pada Manusia
pembuluh darah. Fungsi utama jantung sebagai pemompa darah, sedangkan pembuluh darah mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Bagaimana cara kerja alat-alat peredaran darah tersebut? Pelajari oleh Anda materi berikut ini dengan baik.
1. Jantung
Jantung manusia terdiri atas empat ruang, yaitu serambi (atrium) kanan dan serambi kiri di bagian atas, serta bilik (ventrikel) kanan dan bilik kiri di bagian bawah. Serambi berfungsi sebagai persinggahan sementara sebelum darah masuk ke bilik dan dipompa ke seluruh tubuh atau ke paru-paru. Namun, serambi juga berkontraksi mendorong darah menuju bilik.
Antara
serambi dan bilik, terdapat katup atrioventrikuler, yang berfungsi
mencegah aliran balik dari bilik ke serambi saat bilik berkontraksi.
Katup atrioventrikuler kanan memiliki tiga lembar katup, sehingga
disebut katup trikuspidal. Sementara itu, katup pada bilik kiri memiliki
dua katup sehingga disebut katup bikuspidal. Terdapat juga katup
semilunaris yang membatasi aorta dengan bilik dan berfungsi mencegah
aliran balik darah ke bilik saat bilik berelaksasi.
Perjalanan darah dari seluruh tubuh akan berakhir di serambi kanan melalui vena besar dari bagian atas tubuh (vena kava superior) dan vena besar bagian bawah tubuh (vena kava inferior). Dari serambi kanan, katup atrioventrikuler membuka dan serambi berkontraksi, bersamaan dengan relaksasinya bilik kanan. Segera setelah darah mengalir ke bilik kanan, katup menutup, dan bilik berkontraksi mengalirkan darah ke arteri menuju paru-paru kanan dan kiri.
gambar jantung |
Pertukaran gas terjadi di paru-paru. Darah dari seluruh tubuh mengandung banyak CO2 sebagai hasil metabolisme.
Darah dari paru-paru yang kaya oksigen kemudian memasuki bilik kiri melalui vena dari paruparu (vena pulmonalis). Peredaran darah dari jantung – paru-paru – jantung
disebut peredaran darah kecil
disebut peredaran darah kecil
Katup atrioventrikuler terbuka saat bilik kiri berelaksasi dan darah mengalir ke bilik. Katup atrioventrikuler menutup, kemudian bilik berkontraksi menyebarkan darah ke aorta untuk kembali disebarkan ke seluruh tubuh. Peredaran darah dari jantung – seluruh tubuh – jantung disebut peredaran darah besar.
Manusia memiliki peredaran darah kecil dan peredaran darah
besar sehingga sistem peredaran darah pada manusia disebut sistem
peredaran darah ganda.Otot jantung memiliki struktur yang khas seperti otot lurik, tetapi bercabang-cabang. Otot jantung disarafi oleh saraf tak sadar. Saraf tersebut menempel ke jantung bagian tengah di antara dua bilik sebagai berkas yang menyebar. Berkas saraf ini disebut berkas Hiss.
Otot jantung memiliki satu siklus kontraksi - relaksasi yang disebut siklus jantung. Periode relaksasi disebut diastol, yaitu ketika serambi jantung menguncup dan bilik jantung mengembang (otot bilik relaksasi). Adapun periode kontraksi disebut sistol, terjadi ketika otot bilik berkontraksi (ruang bilik menguncup) dan darah terdorong keluar.
2. Pembuluh Darah
William Harvey (1578 - 1657) adalah orang pertama yang meneliti tentang pembuluh darah pada manusia. Pembuluh darah pada manusia dibedakan sebagai berikut.
a. Pembuluh Nadi (Arteri)
Istilah arteri digunakan untuk pembuluh darah yang aliran darahnya mengalir meninggalkan jantung. Secara anatomi, arteri terdiri atas beberapa lapisan, di antaranya jaringan ikat yang kuat dan elastis, jaringan otot polos, dan jaringan endotelium. Arteri tidak terlihat di atas kulit, tetapi dapat dirasakan denyut nadinya.
Pembuluh nadi dapat dibedakan menjadi aorta. Aorta adalah pembuluh nadi besar yang menyalurkan darah yang baru keluar dari bilik kiri menuju arteri. Arteri bercabang-cabang hingga membentuk saluran pembuluh dengan diameter yang lebih kecil yang disebut arteriol (Gambar 5.10). Arteriol kemudian bercabang-cabang lagi hingga membentuk saluran halus yang berhubungan langsung dengan jaringan, disebut kapiler.
b. Pembuluh Balik (Vena)
Istilah vena digunakan untuk pembuluh darah yang aliran darahnya mengalir kembali menuju jantung. Saluran ini lebih mudah dilihat mata. Karena vena berada di lapisan atas dekat dengan permukaan kulit dan berwarna kebiruan. Pembuluh balik dimulai dari pembuluh darah kapiler. Dari kapiler, darah memasuki venula. Pembuluh-pembuluh venula yang kecil akan bergabung menuju pembuluh vena. Pembuluh vena merupakan pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan hasil dari gerakan jantung yang memompa darah. Tekanan ini tinggi pada pembuluh arteri ketika ventrikel berkontraksi. Tekanan darah turun di arteri ketika ventrikel relaksasi. Kontraksi pada ventrikel disebut sistol, sedangkan relaksasi ventrikel disebut diastol. Dinding pembuluh arteri mengembang ketika tekanan darah yang tinggi masuk saat sistol. Denyut nadi yang Anda rasakan di pergelangan tangan merupakan peristiwa mengembangnya dinding arteri ini. Tekanan darah biasanya diukur pada pengkal lengan. Tekanan darah diberikan dengan dua angka yang berbeda, misalnya 110/70 mmHg. Angka
yang paling besar merupakan tekanan sistol puncak. Angka yang lebih kecil merupakan tekanan diastol. Semakin jauh darah dari jantung, semakin rendah tekanannya (Campbell, et al, 2006: 476).
3. Pembuluh Limfa
Selain pembuluh darah, manusia juga memiliki pembuluh limfa. Pembuluh limfa disebut juga pembuluh getah bening. Limfa adalah cairan yang menggenangi jaringan tubuh. Limfa memiliki sistem peredaran sendiri yang dimulai dari jaringan sampai ke vena.
Beberapa fungsi limfa di antaranya mengabsorpsi lemak di usus halus dan mengangkutnya ke darah, serta mengambil kelebihan cairan jaringan dan mengembalikannya ke sistem peredaran darah. Selain itu, fungsi yang tidak kalah penting adalah membantu mempertahankan tubuh dari penyakit. Limfa dialirkan dengan mengandalkan kontraksi otot-otot rangka. Dalam tubuh terdapat beberapa nodus limfa. Nodus tersebut terdiri atas sinus-sinus, yaitu ruangan tempat menyaring bahan-bahan yang sudah diabsorpsi atau dihilangkan dari jaringan oleh sel darah putih (makrofag).
Gangguan pada Sistem Peredaran Darah Manusia
Terdapat beberapa penyakit atau kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah manusia. Untuk itu, dikembangkanlah teknologi yang berhubungan dengan sistem peredaran darah manusia, di antaranya EKG (Elektrokardiograf), alat pacu jantung (defibrilator), dan kateter balon.
1. Gangguan Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah manusia dapat mengalami gangguan. Gangguan dapat terjadi pada organ sistem peredaran darah maupun karena faktor lainnya.
a. Sklerosis
Arteri mempunyai sifat elastis. Oleh karena itu, ketika tekanan darah dalam keadaan maksimum, arteri mengembang untuk mengimbangi tekanan darah. Namun, seiring dengan pertambahan usia, dinding arteri kehilangan elastisitasnya akibat penimbunan zat kapur. Keadaan inilah yang disebut arteriosklerosis.
Hilangnya elastisitas arteri, memengaruhi jumlah darah yang melewati arteri dan akhirnya akan berpengaruh juga terhadap jumlah oksigen yang tersebar ke seluruh tubuh. Orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi dalam darahnya, di permukaan atau dinding dalam arterinya dapat terakumulasi deposit lemak. Hal tersebut dapat memengaruhi volume darah yang mengalir dan jumlah oksigen yang disebarkan. Jenis sklerosis ini disebut atherosklerosis.
Atherosklerosis dan arteriosklerosis merupakan penyebab beberapa hal
sebagai berikut.
1) Kekurangan oksigen pada organ-organ tertentu. Jika kekurangan oksigen terjadi di jantung, sebagian otot jantung akan mati dan memengaruhi kinerja jantung.
2) Meningkatkan tekanan darah secara keseluruhan. Jika mencapai tingkatan tertentu, tekanan yang tinggi ini dapat menyebabkan pecahnya kapiler darah. Jika kapiler darah yang pecah tersebut terjadi di otak, sebagian otak akan mengalami gangguan akibat pasokan udara dan glukosa yang terhambat. Hal tersebutlah yang dikenal sebagai stroke.
3) Penumpukan lemak di arteri koroner dapat menghambat sel-sel darah.
Penumpukan sel-sel darah ini dapat memicu reaksi pembekuan darah, seperti yang terjadi pada luka. Pembekuan darah di arteri koroner biasa disebut penyakit jantung koroner.
b. Anemia
Penyakit ini disebut juga penyakit kurang darah. Hal tersebut dikarenakan kekurangan hemoglobin, kekurangan sel darah merah, atau kekurangan zat besi (Fe).
c. Hipertensi
Hipertensi dikenal juga sebagai penyakit darah tinggi. Hal ini terjadi jika tekanan sistolnya antara 140–200 mmHg dan distolnya antara 50–110 mmHg. Terdapat penyakit lain yang merupakan kebalikan dari hipertensi, yaitu hipotensi. Hipotensi terjadi jika tekanan darah rendah, yaitu tekanan sistol di bawah 100 mmHg.
d. Varises
Varises berupa pelebaran pembuluh vena yang umumnya terjadi di daerah betis. Jika pelebaran tersebut terjadi di bagian anus, disebut ambeien, wasir, atau hemoroid.
Gangguan dan Kelainan Sistem Kekebalan Tubuh
Penyakit dan Kelainan Sistem Imunitas.
a. Alergi
Alergi adalah respon yang hipersensitif terhadap antigen tertentu yang berasal dari lingkungan. Antigen yang memicu terjadinya reaksi alergi disebut dengan alergen. Alergi dapat disebabkan karena terkena jenis tumbuhan tertentu yang menyebabkan gatal. Reaksi alergi juga dapat timbul dalam diri seseorang setelah memakan jenis makanan tertentu, misalnya udang, tiram, umbi, atau buah-buahan tertentu.
Terdapat dua macam kategori utama reaksi alergi, yaitu reaksi alergi cepat dan reaksi alergi yang tertunda. Reaksi alergi cepat, misalnya karena tersengat lebah, menghirup tepung sari, atau binatang kesayangan. Reaksi alergi cepat ini disebabkan oleh mekanisme kekebalan humoral, yaitu diproduksinya imunoglobulin E (IgE). Reaksi alergi yang kedua adalah reaksi alergi lambat atau hipersensitif tipe tertunda DTH (Delayed Type Hypersensitivity).
Contoh DTH ekstrim terjadi ketika makrofag tidak bisa dengan mudah menghancurkan substansi benda asing akibatnya sel T diaktifkan dan mendorong
peradangan jaringan tubuh.
b. Penolakan Transplantasi (Pencangkokan)
Di dalam dunia kedokteran kadang-kadang dilakukan tindakan penyelamatan pasien dengan melakukan pencangkokan (transplantasi organ) untuk menggantikan suatu organ yang sudah mengalami disfungsi. Tetapi tindakan ini tidak mudah sebab bisa menimbulkan reaksi penolakan dari tubuh resipien terhadap organ donor yang diberikan kepadanya. Hal ini terjadi karena setiap individu mempunyai histon kompatibilitas mayor (MHC = major histon compatibility)
yaitu sidik jari protein yang unik yang bertanggung jawab terhadap stimulasi penolakan pencangkokan jaringan dan organ.
c. Penurunan Kekebalan
Penyakit menurunnya kekebalan tubuh disebut dengan penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Penyakit ini disebabkan oleh virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus ini merupakan virus yang paling berbahaya. Tidak seperti virus lainnya, mikroorganisme ini benar-benar
menonaktifkan sistem pertahanan. Virus HIV menimbulkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada tubuh manusia dengan menyebabkan runtuhnya sistem pertahanan. Keadaan ini membuat manusia sangat mudah diserang
oleh segala jenis penyakit, yang akhirnya menyebabkan berbagai kondisi fatal.
Penyakit AIDS pernah diklaim sebagai penyakit sosial, karena awalnya diketahui penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual pada pasangan yang tidak resmi baik homoseksual maupun heteroseksual. Sebenarnya
penularan virus HIV dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu:
1) hubungan seksual dengan penderita baik homoseksual heteroseksual,
2) transfusi darah dari donor penderita,
3) penggunaan jarum suntik bekas dari penderita,
4) penularan dari ibu hamil kepada anaknya.
d. Penyakit Autoimunitas
Penyakit autoimunitas merupakan penyakit yang menyebabkan gagalnya antibodi membedakan antigen asing dengan antigen dari dalam tubuh sendiri.
Akibatnya, bisa menyebabkan terjadinya perusakan zat-zat yang dianggap sebagai antigen yang berada dalam tubuhnya sendiri. Penyakit autoimunitas terjadi karena sistem kekebalan kehilangan toleransinya terhadap diri sendiri dan melancarkan perlawanan terhadap molekul-molekul tertentu di dalam tubuh.
Beberapa penyakit yang tergolong autoimunitas antara lain, sebagai berikut:
1) Eritematosus lupus sistemik (lupus)
Penyakit ini menyebabkan sistem kekebalan membangkitkan antibodi yang dikenal sebagai autoantibodi terhadap semua jenis molekul sendiri. Bahkan protein histon dan DNA yang dibebaskan oleh perombakan sel normal dalam tubuh juga dilawan. Ciri-ciri penyakit lupus antara lain:
terjadinya ruam kulit, demam, artritis, dan kegagalan fungsi ginjal.
2) Artritis reumatoid
Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan peradangan yang sangat menyakitkan pada tulang rawan dan tulang-tulang pada persendian.
e. Multiple sclerosis (MS)
Penyakit ini banyak dijumpai di negara-negara maju. Pada penderita penyakit ini menyebabkan sel limfosit T bersifat reaktif terhadap mielin serta memasuki sistem saraf pusat dan merusak selubung mielin dari neuron. Akibatnya penderita akan mengalami gangguan abnormalitas neurologis
yang serius.
RANGKUMAN
1. Darah mengalir ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah.
2. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental, dan lengket. Darah terbentuk dari plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.
3. Sel darah putih memiliki lima jenis bentuk yaitu eosinofil, basosil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
4. Trombosit berperan dalam pembekuan darah. Namun ini dapat terjadi apabila trombosit memiliki faktor VIII.
5. Manusia memiliki golongan darah yaitu A, B, AB, dan O. Orang yang memiliki golongan darah O disebut donor universal, sedangkan orang yang memiliki golongan darah AB disebut resipien universal.
6. Alat peredaran darah manusia terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Pembuluh darah terdiri dari arteri, vena, dan kapiler.
7. Peredaran darah manusia terbagi menjadi dua macam yaitu peredaran darah besar dan peredaran darah kecil.
8. Cairan dapat mengalir dari jaringan ke dalam darah melalui sistem limfatik atau peredaran getah bening.
9. Pembuluh limfa dibedakan atas pembuluh limfa kanan dan pembuluh limfa dada.
10. Kelainan dan penyakit pada sistem peredaran darah antara lain anemia, talasemia, hemofili, dan sebagainya.
11. Kekebalan pada tubuh manusia terdiri atas kekebalan bawaan dan kekebalan buatan.
12. Sebagian besar dari kekebalan disebabkan oleh suatu sistem imun khusus. Sistem imun tersebut membentuk antibodi atau limfosit yang diaktifkan dan akan menghancurkan organisme atau toksin tertentu.
sebagai berikut.
1) Kekurangan oksigen pada organ-organ tertentu. Jika kekurangan oksigen terjadi di jantung, sebagian otot jantung akan mati dan memengaruhi kinerja jantung.
2) Meningkatkan tekanan darah secara keseluruhan. Jika mencapai tingkatan tertentu, tekanan yang tinggi ini dapat menyebabkan pecahnya kapiler darah. Jika kapiler darah yang pecah tersebut terjadi di otak, sebagian otak akan mengalami gangguan akibat pasokan udara dan glukosa yang terhambat. Hal tersebutlah yang dikenal sebagai stroke.
3) Penumpukan lemak di arteri koroner dapat menghambat sel-sel darah.
Penumpukan sel-sel darah ini dapat memicu reaksi pembekuan darah, seperti yang terjadi pada luka. Pembekuan darah di arteri koroner biasa disebut penyakit jantung koroner.
b. Anemia
Penyakit ini disebut juga penyakit kurang darah. Hal tersebut dikarenakan kekurangan hemoglobin, kekurangan sel darah merah, atau kekurangan zat besi (Fe).
c. Hipertensi
Hipertensi dikenal juga sebagai penyakit darah tinggi. Hal ini terjadi jika tekanan sistolnya antara 140–200 mmHg dan distolnya antara 50–110 mmHg. Terdapat penyakit lain yang merupakan kebalikan dari hipertensi, yaitu hipotensi. Hipotensi terjadi jika tekanan darah rendah, yaitu tekanan sistol di bawah 100 mmHg.
d. Varises
Varises berupa pelebaran pembuluh vena yang umumnya terjadi di daerah betis. Jika pelebaran tersebut terjadi di bagian anus, disebut ambeien, wasir, atau hemoroid.
Gangguan dan Kelainan Sistem Kekebalan Tubuh
Penyakit dan Kelainan Sistem Imunitas.
a. Alergi
Alergi adalah respon yang hipersensitif terhadap antigen tertentu yang berasal dari lingkungan. Antigen yang memicu terjadinya reaksi alergi disebut dengan alergen. Alergi dapat disebabkan karena terkena jenis tumbuhan tertentu yang menyebabkan gatal. Reaksi alergi juga dapat timbul dalam diri seseorang setelah memakan jenis makanan tertentu, misalnya udang, tiram, umbi, atau buah-buahan tertentu.
Terdapat dua macam kategori utama reaksi alergi, yaitu reaksi alergi cepat dan reaksi alergi yang tertunda. Reaksi alergi cepat, misalnya karena tersengat lebah, menghirup tepung sari, atau binatang kesayangan. Reaksi alergi cepat ini disebabkan oleh mekanisme kekebalan humoral, yaitu diproduksinya imunoglobulin E (IgE). Reaksi alergi yang kedua adalah reaksi alergi lambat atau hipersensitif tipe tertunda DTH (Delayed Type Hypersensitivity).
Contoh DTH ekstrim terjadi ketika makrofag tidak bisa dengan mudah menghancurkan substansi benda asing akibatnya sel T diaktifkan dan mendorong
peradangan jaringan tubuh.
b. Penolakan Transplantasi (Pencangkokan)
Di dalam dunia kedokteran kadang-kadang dilakukan tindakan penyelamatan pasien dengan melakukan pencangkokan (transplantasi organ) untuk menggantikan suatu organ yang sudah mengalami disfungsi. Tetapi tindakan ini tidak mudah sebab bisa menimbulkan reaksi penolakan dari tubuh resipien terhadap organ donor yang diberikan kepadanya. Hal ini terjadi karena setiap individu mempunyai histon kompatibilitas mayor (MHC = major histon compatibility)
yaitu sidik jari protein yang unik yang bertanggung jawab terhadap stimulasi penolakan pencangkokan jaringan dan organ.
c. Penurunan Kekebalan
Penyakit menurunnya kekebalan tubuh disebut dengan penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Penyakit ini disebabkan oleh virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus ini merupakan virus yang paling berbahaya. Tidak seperti virus lainnya, mikroorganisme ini benar-benar
menonaktifkan sistem pertahanan. Virus HIV menimbulkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada tubuh manusia dengan menyebabkan runtuhnya sistem pertahanan. Keadaan ini membuat manusia sangat mudah diserang
oleh segala jenis penyakit, yang akhirnya menyebabkan berbagai kondisi fatal.
Penyakit AIDS pernah diklaim sebagai penyakit sosial, karena awalnya diketahui penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual pada pasangan yang tidak resmi baik homoseksual maupun heteroseksual. Sebenarnya
penularan virus HIV dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu:
1) hubungan seksual dengan penderita baik homoseksual heteroseksual,
2) transfusi darah dari donor penderita,
3) penggunaan jarum suntik bekas dari penderita,
4) penularan dari ibu hamil kepada anaknya.
d. Penyakit Autoimunitas
Penyakit autoimunitas merupakan penyakit yang menyebabkan gagalnya antibodi membedakan antigen asing dengan antigen dari dalam tubuh sendiri.
Akibatnya, bisa menyebabkan terjadinya perusakan zat-zat yang dianggap sebagai antigen yang berada dalam tubuhnya sendiri. Penyakit autoimunitas terjadi karena sistem kekebalan kehilangan toleransinya terhadap diri sendiri dan melancarkan perlawanan terhadap molekul-molekul tertentu di dalam tubuh.
Beberapa penyakit yang tergolong autoimunitas antara lain, sebagai berikut:
1) Eritematosus lupus sistemik (lupus)
Penyakit ini menyebabkan sistem kekebalan membangkitkan antibodi yang dikenal sebagai autoantibodi terhadap semua jenis molekul sendiri. Bahkan protein histon dan DNA yang dibebaskan oleh perombakan sel normal dalam tubuh juga dilawan. Ciri-ciri penyakit lupus antara lain:
terjadinya ruam kulit, demam, artritis, dan kegagalan fungsi ginjal.
2) Artritis reumatoid
Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan peradangan yang sangat menyakitkan pada tulang rawan dan tulang-tulang pada persendian.
e. Multiple sclerosis (MS)
Penyakit ini banyak dijumpai di negara-negara maju. Pada penderita penyakit ini menyebabkan sel limfosit T bersifat reaktif terhadap mielin serta memasuki sistem saraf pusat dan merusak selubung mielin dari neuron. Akibatnya penderita akan mengalami gangguan abnormalitas neurologis
yang serius.
RANGKUMAN
1. Darah mengalir ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah.
2. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental, dan lengket. Darah terbentuk dari plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.
3. Sel darah putih memiliki lima jenis bentuk yaitu eosinofil, basosil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
4. Trombosit berperan dalam pembekuan darah. Namun ini dapat terjadi apabila trombosit memiliki faktor VIII.
5. Manusia memiliki golongan darah yaitu A, B, AB, dan O. Orang yang memiliki golongan darah O disebut donor universal, sedangkan orang yang memiliki golongan darah AB disebut resipien universal.
6. Alat peredaran darah manusia terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Pembuluh darah terdiri dari arteri, vena, dan kapiler.
7. Peredaran darah manusia terbagi menjadi dua macam yaitu peredaran darah besar dan peredaran darah kecil.
8. Cairan dapat mengalir dari jaringan ke dalam darah melalui sistem limfatik atau peredaran getah bening.
9. Pembuluh limfa dibedakan atas pembuluh limfa kanan dan pembuluh limfa dada.
10. Kelainan dan penyakit pada sistem peredaran darah antara lain anemia, talasemia, hemofili, dan sebagainya.
11. Kekebalan pada tubuh manusia terdiri atas kekebalan bawaan dan kekebalan buatan.
12. Sebagian besar dari kekebalan disebabkan oleh suatu sistem imun khusus. Sistem imun tersebut membentuk antibodi atau limfosit yang diaktifkan dan akan menghancurkan organisme atau toksin tertentu.